Tuesday, November 10, 2009
..bullying..
Bullying merupakan tindakan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang hingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.Van der Meer seorang psikolog Belanda adalah suatu kegiatan yang secara sistematis, psikologis, fisik maupun sexual merupakan suatu tindak kekerasan yang dilakukan oleh seorang anak atau bisa juga dalam bentuk kelompok terhadap satu atau lebih rekan mereka yang berada dalam posisi tidak dapat membela dirinya (lemah).
Bullying merupakan tindakan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang hingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.Van der Meer seorang psikolog Belanda adalah suatu kegiatan yang secara sistematis, psikologis, fisik maupun sexual merupakan suatu tindak kekerasan yang dilakukan oleh seorang anak atau bisa juga dalam bentuk kelompok terhadap satu atau lebih rekan mereka yang berada dalam posisi tidak dapat membela dirinya (lemah). Allan L. Beane, PhD, penulis buku The Bully Free Classroom (Free Spirit Publishing, 1999) menjelaskan bahwa perilaku bullying ini bisa terjadi di usia 3 tahun. Agak sulit diketahui bagaimana seorang anak bisa menjadi seorang preman kecil sedangkan anak yang lain tidak, tetapi penelitian membuktikan seorang anak dapat secara genetic menjadi anak yang agresif. Anak yang agresif ini mudah mencontoh dari lingkungannya misalnya: anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kekerasan, selalu menyaksikan orang tuanya marah dan bertindak kasar atau anak yang merasa diabaikan dan tidak dicintai. Contoh-contoh yang dilakukan si preman kecil ini bermacam-macam, diantaranya: mengepung atau mengunci korban dalam kelas, koridor atau tempat bermain; menunggu korban di luar kelas kemudian memukul dan menendangi korban dan sebagainya. Perilaku bullying ini bisa saja terjadi melalui kekerasan verbal dan non verbal. Menurut DR Susan Forward dalam bukunya Toxic Parent, kekerasan secara verbal disampaikan melalui dua gaya. Pertama,menyerang secara langsung, terbuka dan secara jahat merendahkan si anak, contohnya dengan julukan-julukan si goblok, biang kerok, pengacau, tidak berguna, menyesal telah melahirkannya. Kedua, secara tidak langsung tetapi, sangat menghina dan melecehkan si anak. Seringkali orang tua membungkus kekejamannya itu dengan nada humor atau canda yang sarkastis. Ada kalanya orang tua tidak menyadari bahwa kata-kata yang kejam memiliki kekuatan yang lebih hebat ketimbang palu godam sekalipun. Kendalikan ucapan anda bila tidak ingin anak-anak mengalami luka batin hingga mempengaruhi perkembangan mereka. Kekerasan fisik maupun verbal bukanlah cara yang tepat dalam mendidik anak, kata DR. Forward. Ucapan – ucapan yang bernada menghina dan merendahkan anak akan direkam dalam pita memori anak, makin lama makin bertambah dan dirasa berat, sehingga akhirnya anak memiliki citra diri negatif. Citra diri yang negatif itu dikemudian hari menyebabkan anak tidak mampu tumbuh sebagai peribadi yang percaya diri. Anak akan memiliki rasa malu yang kuat, bersikap ragu-ragu dan lebih suka menarik diri dari pergaulan. Kadang kala bisa membentuknua rumbuh sebagai peribadi pemberontak, kasar, bodoh, jorok, lamban, pengacau,dan sebagainya. Dampak psikologis Korban merasa tidak aman, takut, trauma, khawatir (paranoid), kehilangan percaya diri, rendah diri (merasa tidak berharga). Korban bisa jadi mengembangkan mentalitas sebagai korban (merasa bahwa dirinya layak untuk tidak dihargai. Korban kurang trampil bersosialisasi, hanya sedikit memiliki teman dan sering merasa kesepian. Memiliki kondisi fisik yang lemah, kemungkinan ada trauma fisik dan muncul gejala psikosomatis. Korban sulit berkonsentrasi sehingga prestasi akademis berpengaruh (bagi yang masih bersekolah). Korban bisa melampiaskan kemarahan/dendam dengan orang yang lebih lemah dari dirinya.Korban beresiko lebih besar untuk depresi, bahkan bunuh diri karena menganggap hal itu satu-satunya jalan keluar. Sebagian korban, sebelum bunuh diri akan membunuh orang yang menyakitinya. Cara yang tepat untuk tidak menjadi korban bullying adalah orang tua memberikan pengarahan kepada si anak (korban) untuk, menjauhi sebisa mungkin si preman kecil, termasuk di tempat bermain, atau hindari berjalan sendirian.Korban harus membangun rasa percaya diri. Jangan sampai perkataan/ ejekan si preman kecil membuat korban menjadi minder dan jatuh harga diri, katakana selalu hal yang positif untuk diri sendiri. Jangan sekali-kali menangis ketika diejek. Lawan si preman kecil dengan humor, tertawa saja saat si preman kecil ini beraksi lalu segera hindari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment